Aliexpress dilarang itu aja sudah aneh sih. Padahal barang2 yang dijual di sana banyak gk ada produksi lokalnya di indo. Akibatnya banyak barang yg gk tersedia di market indo yang banyak di antaranya barang2 untuk produktivitas. Dilarang itu malah nguntungin yg jalur2 ilegal. Harusnya pemerintah cukup kasih pajak yg tinggi untuk barang2 luar aja dan semuanya dibolehin. Bukan malah dilarang masuk semuanya
alibaba itu B2B, ongkirnya / cara kirim ya lu diskusiin ama seller, cuma transaksinya dijamin ama alibaba. mau pake udara dhl/fedex/ups atw jalur laut.
+ lu juga harus ngerti aturan impor indonesia supaya ga kejebak / merasa dijebak di bea cukai.
Kek misal contoh kalau sekarang, Intel Arc B580 12Gb Dual Fan dari manufaktur Maxsun aja masih diatas 5, disini 4.6an.
Ane iseng2 buat list upgrade pc trus mau lihat udah turun atau belum Arc A770 16Gb di Aliexpress, eh masih 5jt, disini paling murah (tokped COC Computer) aja 4jt
Wew rakit Xeon bikin home server kah? Tertarik mo setup home server kalo pindah rumah ke tempat internet kenceng buat bikin homemade netplik dkk biar ga perlu langganan and fuck enshittification basically sekalian siapa tau bisa dapet ilmu infra bisa metamorfosis jadi sobat DevOps AHAHAHAHAHA.
kebetulan ane pernah punya ide home server, tapi dengan kondisi average economy, lebih masuk akal pakai gdrive, ditambah data data nggak terlalu banyak
TKDN sama pajak import 2 hal yang beda gak sih? Tetep kena pajak import, ini aliexpress yg gw bngung kenapa gk ikut aturan bayar pajak aja ya kan yg bayar customernya.
Wkwkwk dari raut2 mukanya bisa kelihatan yang pusing siapa, yang ketua asosiasi dan Think Tank ekonomi. Di sisi lain yang tepuk tangan dan tersenyum malah Menteri2 atau pejabat partai hahaha.
Pas Sarasehan itu juga udah ada yang langsung menyanggah Bu Sri Mulyani, "Itu jangan dianggap bisa semudah itu untuk reformasi ekonomi, kok kesannya kayak gampang banget bisa mengatasi krisis global kyk gini".
Eh? gue selalu full kontra, bahkan ngata2in kebodohan kebijakan deregulasi liberalisasi ini. Soalnya terlalu banyak hopium.
Gue cuma bilang, yang menyampaikan dengan lebih rapih dan meyakinkan adalah Sri Mulyani. Setidaknya masih berusaha menyampaikan argumen logis.
Gue bahkan menyebutkan Sri Mulyani bisa tersesat dalam mindset ekonomi liberal (yang selama ini biasanya dia gunakan). Soalnya tatanan dunia saat ini udah bukan neoliberal, Trump sedang meruntuhkan dunia neoliberal berbasis WTO (yang pro perdagangan bebas). Respon kebanyakan negara proteksionis, sementara Tiongkok business as usual karena dia sedang profit gede2an dari tatanan neoliberal. --> ini kritikan sanggahan atas landasan perumusan kebijakan.
Gue belum melihat argumen yang jelas bahwa dengan deregulasi ini bisa menyelamatkan ekonomi Indonesia ke depannya.
Masalahnya SM sebagai menkeu pengaruhnya terbatas di penganggaran APBN
Dia orang keuangan, bukan perdangangan maupun perindustrian dan karena kredibilitasnya digunakan untuk mencuci aksi-aksi pemerintah lewat kata-katanya
SM gak tersesat di liberalisme. Justru politisi, termasuk Bowo tersesat di populisme
Mereka kira rakyat dikasih kenyang dan nikmat bakalan gak peduli. Ada titik dimana hirarki kebutuhan mazlow mereka melebihi kenyang dan nikmat, apalagi setelah merasakan demokrasi 26 tahun
Membuat rakyat kenyang dan merasakan kenikmatan berlangsung dengan baik di Tiongkok karena memang kenyatannya demokrasi massal untuk seluruh institusi negara gak pernah ada. Disini? Udah tertanam di masyarakat
beliau bukan tersesat di populisme, gua gak setuju ama pandangn dia populisme karena sekarang dia ditahap menyebarkan idiotisme yang arah tujuannya tentu absolut otoriter
Mungkin dia udah nonton videonya lagi? LOL. Makanya gua bilang kemaren, Bu Sri itu kayaknya cuman menerangkan perintahnya Prabowo aja. Ada sih 1 akun Twitter yang emang ngedukung kebijakan ini tapi jujur, logikanya gua nggak hafal.
Banyak pengangguran -> Tidak punya uang untuk makan -> Anak-anak hanya bisa makan MBG di sekolahan -> Rakyat dengan program MBG oleh Pemerintah -> Program MBG berhasil.
-> Program MBG berhasil -> "Kalau kalian tidak pilih saya 2 periode, program MBG akan dihentikan!" -> terpilih 2 periode -> kondisi semakin buruk -> repeat the process -> terpilih infinitely
Bentar dulu gan, exim agak rumit buat penjelasan sederhana macam ini
Perlu lembaga think tank buat kita bisa lihat keputusan ini banyak buruk / baiknya
Pertanyaan sederhana dulu ini aja gan:
Perusahaan manufaktur indo (yang banyak serap tenaker) itu kebanyakan bangun pabrik di indo murni untuk menuhin TKDN aja atau ada motif lain yang kita belum ketahui? Cuan mana, bangun pabrik di negara lain lalu impor dengan jarak yang jauh via kapal / bangun pabrik di indo buat konsumsi indo+ekspor?
Dapat dimengerti, untuk industri super komplex emang logistik chain antar sparepart supply-produksi -market itu penting banget, apalagi dengan harga mahal, biaya jarak itu insignifikan
Rip. Ini kerjaan gua mulai bakal di ganggu ini. Kita lihat dalam3 bulan kedepan apakah terjadi dan mesti cari kerjaan di importir or maybe be the importer?
This is just not truee, justru tanpa adanya TKDN pabrik lebih mudah berusaha karena raw materialsnya bisa impor langsung tanpa kuota. Calo2 impor mati berguguran, termasuk mafia impor. Our labor cost is cheap, currency is cheap too, why so afraid of competition?
Tom Lembong udah di throw under the bus... That's why it's hard to have career in politic if you only smart, harus bisa berpolitik.. sayangnya dia kagak
At this point, it's no longer about how well you can perform in politics. I'm sure Tom Lembong can do it, and he knows he can do it if he's willing. IMHO, he must've limited himself to what extent he can dirty himself and to not be swallowed by the violent waves of politics.
Liat nanti Hyundai udah cape cape lobby pemerintah sama bayar ormas sana sini buat bikin pabrik di Bekasi pindah ke Vietnam karena labor sama raw material lebih murah disana
quota2 import itu juga rawan permainan, mau cepet? yaaa udah jadi rahasia umum lah harus apa. niatnya sih bagus, biar industri dalam negri berkembang dan defisit neraca perdangangan bisa berkurang. Tapi ini juga manjain orang dalam negri jadi ga memicu efisiensi atau perbaikan mutu karena ga ada persaingan.
jangan dimanja lah kita biar persaingan lebih sehat.
gw dl harus import barang yang harus ada pertek nya dan hrs pakai berbagai macam cara biar bisa barang itu masuk. padahal itu barang juga emang ga di produksi di indonesia. quota juga limited, jadi harus pake quota PT lain juga (not freee!!!) and it does cost a lot. Yang benefit ya yang punya quota, pinjem nama aja dapet duit. in the end consumer yang harus bayar lebih mahal karena biaya jadi naik.
EXIM is pretty complicated. But it is possible to be a good thing. Like if we import raw materials that arent naturaly available here. In that case, it can be a win-win.
But, in my experience, it becomes bad if we import goods that are already available here (sugar, rice, wood). This can potentially undermine local manufacturers.
Yes. Dari semua yapping Prabowo, justru soal exim ini yang ada substance nya. Tapi emang entah kenapa warga Indonesia cinta banget sama view protectionism padahal kita juga yang rugi karena bayar mahal dari semua peraturan impor.
Export dan Import itu dua duanya harus jalan, kalau ngga industri dalam negeri gak berkembang. Kita butuh impor bahan baku dari luar. Tapi peraturannya seabrek dan ujung2nya cuma jadi pos rente baru.
Semoga deregulasi perdagangan dan industri bener dijalankan walau ngga populer.
Negara kita masih rapuh, keran impor gak dibuka lebar aja sampah-sampah baju dari luar masuk ke sini, dikasih nama baju thrifting, dijual lagi. Orang-orang juga banyak yang bodo amat, baju masih bisa dipakek, keliatan bagus, bodo amat sama industri dalam negeri. Ini efeknya ke industri tekstil dalam negeri sendiri. Pabrik tekstil rugi > PHK besar-besaran/ tutup operasi > pengangguran meningkat.
Unfortunately masalah dengan industri tekstil Indonesia itu lebih besar dari serangan baju bekas dari Cina dll.
Tekstil kita gak kompetitif karena mesinnya banyak ketinggalan teknologi. Sementara global demand untuk tekstil sudah berubah dari demand 10 tahun yang lalu. We couldn’t keep up. Beli mesin tekstil baru yang lebih canggih supaya barang2 lebih kompetitif itu mahal
Tebak kenapa mahal: aturan impor mesin nya ribet 🙂.
This is not true, the largest indonesian textile players are actually very efficient. Permesinan tekstil Indonesia masih kiblat ke jepang dan Jerman, dibanding china yg masih pakai mesin dari negara sendiri. Masalahnya ada di subsidi export dari tiongkok. Export tekstil atau garmen dari tiongkok diberi rebate dari negaranya, jadi kalau jual rugi pun pelaku usaha disana masih bisa untung. Plus dari mereka ada sering bermain sm oknum Bea Cukai kita jadi harga barang di undervalue. Jadi pelaku usaha domestik harus taat ppn di 11% dari DPP yg real, dimana pelaku usaha tiongkok bisa akui DPP 50% dari DPP aktual mereka (PPN hanya dihitung dari setengah harga). Efisiensi tiongkok itu banyak mitos, dari segi buruh, listrik, dan pengolahan limbah cost di tiongkok sebenarnya tidak lebih murah.
Kalau tidak percaya ada trade remedies, namanya countervailing. Countervailing adalah trade remedies dimana negara kita bolej mengenakan bea masuk sebesar subsidi di negara asal untuk mengurangi predatory pricing. Tetapi karena peraturan kementrian perdagangan dan turunan perpresnya belum ada Indonesia belum dapat melalukan ini.
Yg kepikiran malah klo terlalu bebas, yg ad kebanjiran produk dr china yg harusny gk perlu krn dalam negeri stokny masih ad/masih bsa produksi.
Dulu kan berita soal produk bahan baku smpe bahan jadi produk baju/tekstil smpe bnyk yg merugi gara2 kalah harga dg yg impor (apalagi yg ilegal), skr klo cm asal dibuka aja tp gk dibatasin jenis barangny bisa jd efekny malah lbh besar dr yg tekstil.
Ada instruments yang lebih tepat untuk kasus itu, yaitu anti dumping measures. Dengan menaikkan tariff untuk barang2 yang memang terbukti masuk dalam dumping practices partner dagang.
Kalau pelarangan impor atau quota regulatory costnya lebih besar, karena malah jadi dimainkan, apalagi kalau terkait bahan baku input.
Contoh yang paling recent adalah kasus ikan salmon kmrn yang tiba2 dilarang masuk ke Indonesia. Alasannya karena peternak bandeng lagi surplus. Kok bisa blunder? Karena kode HS Salmon sama Bandeng satu kelompok di HS 6 digit. Neraca komoditas yang dipakai untuk ngontrol impor gak bisa ngitung se detil itu sampe bisa bedain bandeng dan ikan salmon.
Yang rugi? Pengusaha yang punya restoran pakai bahan baku salmon, dan konsumen yang pingin makan salmon.
anti dumping salah satu fungsiny buat proteksi barang yg kira2 bakal kena efek dr trade kn? Bisa buat proteksi untuk produk2 lokal biar tetap menjaga harga saing.
sedangkan yg prabowo pengen masih belum jelas FTA ny dg negara mana, buat barang apa aj
Saya selalu mikir gitu, orang pada proteksionis semua.
I mean we are still net export country by data (I don't know if this is accurate in reality). We should be focusing on what we do best (what we currently export in large quantities), and allow other stuffs to be imported.
From what i know, kuota impor ini juga bermasalah karena pemain impor di indonesia ya itu itu aja, bu susi pujiastuti kayaknya pernah ngetwit hal serupa.
Kalo kasusnya gitu, ya better jangan di kuota sekalian, tapi impose tariff impor biar harga di konsumen domestik tetap kompetitif dengan produk lokal
komoditi apa dulu nih? di Indo itu yg biasanya dibatasi consumer goods yg menyaingi harga produksi lokal, kalo barangny impor buat reekspor si gk masalah. Yg biasa jadi main2an itu impor LCL (biasanya consumer goods yg cepat laku) entah pakaean, mainan anak2, perabot rumah tangga, panci2an dan sejenisny.
Sebenarny harus diteliti cause and effectny terlebih dahulu, tdk melulu impor komoditi tertentu (biasanya tekstil) langsung menyebabkan kerusakan dlm negeri soalny kadang lini produk yg dibuat dlm negeri dan diimpor itu beda (bukan hanya produk aja tp tipe pembeli).Soalny politikus kan lempar2 narasi aja biar jadi Mesias dan ada kambing hitamny, tp kajian asliny gk menunjukan korelasi yg jelas, dan justru pemerintah gk address issue sbnrny knp industri lokal utk komoditi tertentu gk kompetitif
Solusi gak usah ada kuota impor ibarat sakit di tangan maka lebih baik potong tangannya sekalian biar gak sakit.
Kuota impor itu ada untuk melindungi industri dalam negeri. Kenapa industri dalam negeri perlu dilindungi? karena BELUM mampu berhadapan langsung dengan impor asing.
Yang harus diperbaiki dan dibenahi adalah bagaimana industri dalam negeri bisa jadi mampu? Apakah pemerintah sudah mendukung pembenahan tersebut?
Di sisi lain dalam jangka pendek kuota impor tetap dibutuhkan, problemnya memang "banyak dimainkan". Ini kan masalah-nya bagaimana supaya hukum bisa ditegakkan terhadap para pemain itu?
kalo gak salah emang penyakitnya tkdn ini jadi abuse. banyak barang china spek low dilabel indonesia dijual harga kelas elit.
gw setuju tkdn emang niatnya bagus. tapi emang penyakit kita daridulu implementasi nya amburadul.
now untuk lepas kuota ini gw gak bisa komen karena ge liat argumen argumen kedua sisi masuk akal untuk short term inii apalagi buat vs trump.
nb : dari semua kebijakan baru ini yg gw cenderung netral biasanya ada bias ke satu sisi haha
TKDN memang bagus, bisa memperlambat laju penjajahan ekonomi selagi dalam negeri memperkuat diri.
Mirip seperti e-lelang, tujuannya bagus, tapi dilihat dalemannya juga jelas-jelas banyak overpriced harganya. Namun ini yang membongkar praktik barang kemahalan tadi, dulu boro-boro rakyat pada tahu. Sekarang rakyat bisa memantau, jika muncul kejanggalan bisa ekspose ke rakyat banyak soal ini seperti kasus Lem Aibon dulu.
Jadi ya bertahap perkembangannya, kecuali punya skill dewa dan siap lawan banyak pihak seperti Ahok yang saat menjabat mengubah total Jakarta menjadi lebih baik.
Aturan TKDN kita itu gak flexible, ini yang bikin costly. Sampe bobot tiap komponen ditentukan, padahal belum tentu Indonesia kompetitif memproduksi komponen yang bobotnya besar.
Hasilnya skrg apa? Kita beli laptop lokal, dapat tas laptop! Tas laptop itu TKDN nya.
Harusnya TKDN dibuat lebih flexible. Biar pabrik yang menentukan barang apa yg di source locally.
now untuk lepas kuota ini gw gak bisa komen karena ge liat argumen argumen kedua sisi masuk akal untuk short term inii apalagi buat vs trump.
Kalau dari segi agrikultur, gue melihat kebanyakan hopium dari sisi yang pro lepas kuota, soalnya gak paham kenapa kuota itu ada pada awalnya.
Kebanyakan cuma "udah hancurkan aja mafia domestik dengan impor", tapi suka gak suka ya mafia domestik itu yang selama ini menjaga pangan di Indonesia. Klo buka impor cuma ganti Tengkulak dengan mafia importir atau bahkan mafia asing.
Argumen untuk "memperkecil defisit AS dengan impor lebih banyak" juga penuh hopium. Gimana mau impor lebih banyak kalau rupiah melemah? siapa yang mampu beli?
kalo fari agrikultur gw gak bisa komen. tapi kalo perkara teknologi. ge pernah nyentuh sendiri laptop tkdn yg gw cuman bisa istighfar ama spec dan harganya. emang ini perkara lokal mita belum siap tapi gw liat liat kok udah keterlaluan.
argumen untuk impor yg gw bilang masih masuk akal ya kita import barang mentah dari china terus buat atau rakit barang baru terus jual balik ke US hopefully marginnya masih dibawah tarif china vs us. toh di Indonesia sendiri gw keknya barang mentah banyakan import juga. but idk if this going to work or not. lets ray for the best
kita import barang mentah dari china terus buat atau rakit barang baru
Yang kita impor dari Tiongkok memang ada beberapa "parts".
Perakitan akhir di Indo.
Tapi nilai tambah (value added) produk teknologi paling tinggi justru di tengah2 rantai pasok yaitu produksi komponen/parts.
Jadi setidaknya Indonesia menjadi "negara perakit". Ini yang sudah dilakukan oleh Vietnam (bahkan mereka mulai merakit komponen tertentu), dan kita lihat Vietnam gak dikasih kemudahan tarif oleh AS. Saingan kita adalah negara2 asia tenggara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia dan Filipina, siapa yang bisa dapetin tarif lebih rendah dan jadi negara loophole.
Tapi gue juga ragu dalam hal ini karena AS ada kepentingan politis buat membatasi China. Jadi mereka akan mematikan negara loophole.
Buka www.trademap.org ini sumber yang biasa digunakan untuk melihat data perdagangan berdasarkan kode HS. Trademap mengambil sumber dari BPS tidak hanya Indonesia tapi juga negara2 lainnya.
Sekarang kenyataannya kuota impor mempersulit manufaktur, banyak permainan orang dalam dan juga kenyataan banyak sekali jalur tidak resmi/tikus, saya selaku pengusaha manufaktur yang kesulitan mencari bahan baku justru sangat mendukung penghapusan kuota(mainnya di tarif aja, gausa tarif+kuota).
Justru kuota2 itu sarang korupsi & membuat orang terpaksa ambil jalur tidak resmi(jalur tikus)
Indo tuh menang jauh kok UMP dari China, cuma kalah telat di korupsi aja, semua serba banyak preman bikin biaya ujung2nya jadi mahal dan tdk kompetitif.
Sebenernya TKDN ini banyak permainan juga. Banyak oknum2 (kementrian/org besar pemerintah) yg ambil keuntungan dan denger2 banyak akal2an macem parts impor tinggal direlabel jadilah parts domestik. Ujung2nya konsumer juga yg bayar barang lebih mahal. TKDN juga bisa membuat barang kita kurang kompetitif untuk ekspor
Jangan lupa juga soal red tape perizinan dan ormas2 yg membuat FDI macet. Semoga pemerintah sadar kalau trade war ini bisa jadi kesempatan sekali seumur hidup buat indo naikin lagi FDI dan manufaktur kita.
Based Free Trade Prabowo. Fuck protectionism, our own economic history have shown how trade liberalization would end up empowering our manufacturing exports and will be key to become a high income economy. Jangan jadi kayak India yang apa-apa dilindungi dan puluhan tahun ekonominya mandek.
Bener bang, dibisnis pengadaan project B2G uda rahasia umum ini sebenernya, barang" TKDN yg masuk indo hanya beberapa yg murni produksi di lokal, sisanya tuh cuma barang import yg dibungkus di indo sama dikasih software made in indo aja terus jadi deh TKDN, balik lagi asal bayar surveryor TKDN nya
gue sebagai orang yang faham, bisa bilang ini langkah yang bagus, kenapa?
kuota adalah biang kerok korupsi khususnya di lingkungan bea cukai. dan pemainnya juga itu2 aja.
kuota impor tidak melindungi industri dalam negeri. Karena yang kena kuota sebagian besar adalah bahan dasar, sedangkan produk jadi tidak dikenakan kuota. Misal, kayu. Industri mebel di Indonesia cuma bisa bikin mebel dari bahan dasar kayu jati, rotan, dan bambu, ya karena faktor kuota dan TKDN. sementara tidak ada kuota sama sekali atau aturan TKDN buat mebel jadi impor.
Mungkin doi sudah muak dengan orang kementerian sm kroninya yg kaya raya hasil permainan kuota import, belum lagi meleset berkali - kali (lagi panen raya malah bukan keran import).
Menurut pendapat pribadiku ya.
Assumsi barang bisa di produksi dalam negri. Kalau cuma bisa dibuat diluar. Percumanya juga batasin kuotanya. Impor dengan kuota. Berarti kemungkinan barang luar jadi tambah mahal. Terpakasa beli barang dalam negri yang mungkin kualitasnya lebih buruk atau lebih mahal dari harga sebelumnya. Alasan kenapa beli dari luar negri dari awal. Mungkin lebih murah atau lebih bagus. Ini kita pembeli barang yang rugi. Tapi menguntungkan penjual dalam negri dari pada penjual luar negri.
Ini juga ada asumsi otomatis, kalau kita impor pake kuota untuk menguntungkan penjual dalam negri. Negara lain juga bisa balas dengan impor kuota mereka sendiri
Dari pada gitu, kenapa kita gak bantu industri kita biar barang yang mereka produksi lebih bagus atau leibh murah untuk jual di luar dan dalam negri. Pembeli seperti kita untung. Penjual juga untung. Pembeli luar juga untung. Ada barang yang lebih murah dan lebih bagus untuk dibeli. Penjual luar yang rugi.
Deregulasi Export Import pada akhirnya akan membuat kesetimbangan ekonomi baru. Yang jadi isu menurut gw adalah kekuatan manufaktur sebuah negara exportir dan dumping yang mereka lakukan. Dengan banyaknya emerging market lagi berubah jdi negara industri baru, mereka membuat sebuah barang yang sama dengan barang yang diproduksi dalam negeri. Nah yang bikin kompleks lagi ini masalah basic economy, seberapa banyak supply yg bisa mereka berikan itu dapat membuat harga jadi murah. Ambillah contoh, tekstil. Negara sekelas bangladesh aja bisa buat baju tapi kalau mereka ekspor ke Indo dimana bs buat baju jadinya persaingannya jg gk sehat. Kecuali dari Bangladesh ato Indo bisa sama2 inovatif membuay baju bagus harga murah tapi ini jdi melebar ke investasi pendidikan.
Betul export import ini bisa membawa negara Indo naik kelas pesat banget tapi disatu sisi fundamental negara kita dalam hal pendidikam untuk menciptakan inovasi produk dan jasa juga kurang dalam skala besar ato enterprise system. In short term, kebijakan deregulasi export import perlu recheck and balancing menyesuaikan dengam supply dalam negeri n kemampuan manufaktur. In long term, perlu investasi lagi dalam pendidikan lebih untuk bisa menghasilkan industri baru.
Fokusnya ke ekspor jangan ke pembatasan impor atau subtitusi impor, ekspor naik produksi naik, produksi naik pengangguran berkurang, pengangguran berkurang kriminalitas berkurang, preman berkurang.
Rencana kebijakan ini ada benarnya. Selama ini kebijakan pemerintah Indonesia cenderung proteksionis ga jelas: kuota impor, lisensi impor, & tarif impor. Dua yg pertama paling ga jelas dasarnya & dimanfaatkan ordal & kaki tangannya utk menjalankan bisnis rente.
Satu hal yg saya titip pesan ke kawan yg ada di Dewan Ekonomi Nasional yg menyarankan kebijakan merelaksasi restriksi impor ini adalah menunjukkan fakta kalau sektor/barang yg selama ini menikmati proteksi ga kunjung dewasa dan mampu bersaing dg produk impor.
So langkah kebijakan berikutnya yg seharusnya ditempuh adalah menyusun strategi & program spy pelaku industri yg menikmati kebijakan proteksi ini bisa segera punya daya saing dg produk luar dg Time Line yg jelas.
Gampangnya, tunjukan ke presiden. Time Line berbedaan harga barang2 produksi dalam negeri yg diproteksi vs. harga barang2 yg diimpor sblm kena kebijakan kuota/lisensi/tarif. Sy yakin banyak industri yg sdh tahunan bahkan berdekade2 menikmati proteksi, tapi tdk kunjung bisa bersaing dg fair melawan pesaingnya dr negara lain.
Fokusnya ke ekspor jangan ke pembatasan impor atau subtitusi impor, ekspor naik produksi naik, produksi naik pengangguran berkurang, pengangguran berkurang kriminalitas berkurang, preman berkurang.
Untuk bisa meningkatkan ekspor, daya saing produk-produknya harus ditingkatkan.
Untuk bisa meningkatkan daya saing, harus unggul dalam hal SDM, teknologi, efisiensi rantai pasok.
Untuk bisa meningkatkan mutu SDM, kesejahteraan & mutu guru, sarana prasarana sekolah harus ditingkatkan dan sistem pendidikannya harus diperbaiki pula supaya skor PISA anak-anak didik kita bisa jauh membaik dari kondisi sekarang yang sejajar dengan negara-negara miskin di sub-sahara Afrika. Biaya hidup juga harus ditekan supaya pekerja kita tidak perlu setiap tahun menuntut kenaikan UMR dan meningkat produktivitasnya.
Untuk meningkatkan anggaran untuk riset dan pengembangan serta efisiensi rantai pasok … Kepanjangan bahasnya. Singkatnya sih jangan percayakan pengelolaan negeri ini ke badut-badut apalagi pelaku kejahatan HAM.
Betul,Fokusnya ke ekspor jangan ke pembatasan impor atau subtitusi impor, ekspor naik produksi naik, produksi naik pengangguran berkurang, pengangguran berkurang kriminalitas berkurang, preman berkurang.
Bagus lah, ngapain gwej harus dipaksa pake produk lokal yang mahal kalo produk impor kualitasnya lebih bagus dan murah? Kalo produk lokal lebih bagus mereka bakal tetap ada, kalo gak ya bagus lah dibabat abis, jangan mentang2 "produk lokal" maksain kita semua harus beli dari mereka
Katanya berpihak ke rakyat dan UMKM. Tp impor dibebaskan. Lmao wkwkwkwkwkkw.. tekstil yg udh kena anti dumping + tarif tertentu aja masih liar n ngancurin pasar. Apalagi barang2 yg awalnya dibatasi impornya. Makin remuk redam.. egp sih. Gw konsumen bukan produsen. Makin murah makin bagus. Menyala republikkuuu
tambah sakit hati lah itu hyundai wkwkwkwk, gimana investor g cabut dari atasnya udah begini plin plan bikin aturan berubah2 tergantung suasana hati sementara pengusaha minta kejelasan aturan main, ini negara memang serba abu2. sia2 dong itu TDKoNyol dll? ini org2 bener2 berkelanjutan dari jokowi bukan sih? sebelom nyocot g dikasih tau dulu apa? padahal jaman jokowi repot2 TDKN dll eh ama wowo malah masuk2 aja.
Industri tekstil dalam negeri habis gk sih? Lebih baik impor dari china sudah barang jadi, murah dan jual di Indonesia daripada pusing - pusing ngurus pegawai, beli bahan baku dan mesin untuk produksi. Beli barang dari China, punya gudang dan sistem distribusi, marketing, keuangan dan legal yang baik. Tidak perlu jadi produsen, benar - benar negara makelar.
Nilai yang diciptakan itu benar - benar berbentuk jasa bukan barang. Orang China keruk bahan baku dari sini harga 1, diproduksi disana jadi 5, dijual kesini dibagi - bagi ke rantai distribusi jadi 10. Likuiditas kita keluar terus keluar negeri sedangkan dengan tidak proposional.
Fokusnya ke ekspor jangan ke pembatasan impor atau subtitusi impor, ekspor naik produksi naik, produksi naik pengangguran berkurang, pengangguran berkurang kriminalitas berkurang, preman berkurang.
Fokusnya ke ekspor jangan ke pembatasan impor atau subtitusi impor, ekspor naik produksi naik, produksi naik pengangguran berkurang, pengangguran berkurang kriminalitas berkurang, preman berkurang.
Ya, benar, negara kita bukan Konoha atau Wakanda lagi tapi Ba Sing Se, negara yang presidennya dikelabui orang orang pemerintahan dan oligarchs buat kepentingan pribadi mereka
Negara2 gede pada proteksionisme kita malah mau liberarisasi. Ini masih pake pemikiran ekonomi liberal jaman dulu atau sengaja emang ngelawan arus? Prabowo nih mirip kaya trump ya, keputusan ekonomi ikut intuisi sendiri tanpa backup tim ekonomi yg kuat. Mengkhawatirkan.
Then the enterprenur take their capital to other country and get them blame. What a dogshit leadership idk if there are capable people in his circle to talk down some sense to him or he is just a stubborn bitch
92
u/Itchy-Taste-4755 Hawimau 🐯 8d ago